Minggu, 15 Februari 2009


GONDOLA BERLAYAR DI VENESIA TIMUR


Senja seakan terlena dengan kemolekan Sungai Ciliwung. Lembayung cahaya mentari memantul di permukaan sunga menjadikannya berkilat-kilat. Deretan meja dan kursi yang ditata rapi dengan payung-payung lebar menghiasi bantarannya . Tak lupa dengan sajian-sajian di atas meja yang mengundang selera.

Ratusan perahu melintasi Ciliwung dan menyusup di bawah jembatan yang serasa melayang. Perahu-perahu itu berlayar melintasi liukan sungai dengan diiringi derai tawa penumpangnya. Salah satu jenis angkutan air itu adalah perahu Naga, perahu warna merah menyala yang memiliki panjang 12 meter.

Seorang lelaki muda dengan baju bergaris dan bertopi mengayuh perahu bertenda biru untuk menepi. Mereka seakan terburu-buru untuk segera menaikkan penumpang yang sudah mengantre di pinggir sungai.

Seperti itulah potret Ciliwung tiga puluh tahun mendatang. Sebuah sungai nan indah dengan aliran air yang jernih dan perahu-perahu menghiasinya serta berdiri kafe-kafe yang berjejer di bantarannya dengan berpayung pohon angsana yang rindang.


Permasalahannya sekarang adalah Ciliwung belum seperti impian banyak orang. Ciliwung masih lesu dengan air keruhnya, dengan pemukiman kumuh yang berserakan di bantarannya dan dengan sampah yang menutup aliran airnya. Keadaan ini tentunya membuat jengah semua orang dan memerlukan solusi yang tepat untuk menjadikan Ciliwung seperti gambaran di atas. Keseriusan semua pihaklah yang bisa mewujudkannya. Tidak hanya pemerintah dan masyarakat bahkan pihak swasta pun diharapkan bisa mendukung proyek ini. Sepertinya pemerintah daerah DKI Jakarta harus sedikit lebih keras berusaha untuk mengatasi permasalahan ini.

Sepertinya kita harus belajar dengan Negara lain yang sukses dalam hal menata wilayahnya. Tidak ada salahnya bila kita meniru mega proyek perumahan dan apartemen gratis seperti yang dilakukan oleh pemerintah RRC (Cina) saat memindahkan semua penduduk di 1,350 desa, 140 kota kecil dan 13 kotamadya karena di kota tersebut akan ditenggelamkan dalam mega proyek bendungan tersebesar sepanjang sejarah manusia. Proyek raksasa ini mencatat rekor tertinggi dalam penggusuran manusia atau sekitar 1,3 juta jiwa. Hal ini dilakukan karena penduduk Beijing telah membengkak mencapai angka 15 juta jiwa. Kebutuhan akan air bersih meningkat drastis. Untuk mengatasi hal itu pemerintah RRC membangun suatu Mega Proyek bendungan tersebut. Bendungan Dan Jiang Kou (Three Gorges Dam) dibangun dan mengalihkan aliran Utara – Selatan pada sungai Yangtze Kiang.

Bukan hal yang mustahil hal sama untuk ditiru dan diterapkan di Indonesia, bukan untuk memindahkan seluruh kota, namun hanya merelokasi perumahan-perumahan kumuh di bantaran sungai Ciliwung ke wilayah yang baru ke wilayah perumahan yang lebih layak sehingga bantaran Ciliwung tidak lagi menjadi daerah pemukiman liar tetapi dijadikan daerah wisata sungai dan daerah penghijauan.

Pemerintah mempunyai wewenang untuk menggusur warga yang tinggal di bantaran Ciliwung namun harus memberikan alternatif tempat tinggal. Mereka tinggal bantaran sungai secara illegal karena daerah tersebut tanah milik Negara yang seharusnya menjadi jalur hijau, tidak boleh digunakan untuk pemukiman. Pada tahun 2007 pemerintah mempunyai proyek 1000 blok rumah susun di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya antara lain akan di bangun di Pulogebang, Pulogadung, Kali Malang, Kemayoran, Marunda, dan kawasan Jababeka. Proyek ini direncanakan selesai tahun 2011. Akan tetapi, proyek Rusunami tersebut bukan untuk diberikan kepada rakyat secara cuma-cuma.

Dengan proyek pemindahan pemukiman ini diharapkan sungai yang tadinya kotor bisa segera disulap menjadi sungai yang jernih bebas polusi, penaburan benih-benih ikan ke dalam sungai, dan juga memasukkan bakteri pemakan sampah ke dalam sungai untuk menjernihkan sungai (sebuah teknologi yang pernah dilakukan oleh Singapura untuk menjernihkan sungainya yang sempat terpolusi beberapa puluh tahun yang lalu). Setelah bantaran sungai bebas dari pemukiman kumuh dan air Ciliwung kembali bersih maka Ciliwung dapat di jadikan saerah wisata air yang sangat menarik. Hal ini mengingat penduduk kota Jakarta khusunya selalu mendambakan tempat wisata yang nyaman untuk alternative liburan. Bila proyek lingkungan semacam ini bisa dilakukan, DKI Jakarta akan memiliki asset pariwisata yang sangat menguntungkan dan akan mendatangkan pemasukan yang tidak sedikit.
Proyek ini bukanlah proyek yang kecil sehingga membutuhkan kerjasama antara berbagai elemen antara lain pemerintah, donatur baik dalam atau luar negri termasuk pihak swasta dan para pengusaha negri ini dan tentu saja masyarakat khususnya yang tinggal di bantaran Ciliwung.

Kalau pun pemerintah tidak bisa memberikan pemukiman gratis, maka pemerintah hendaknya bisa menjual pemukiman dengan harga yang rendah sehingga tidak memberatkan mereka.


Upaya penciptaan Ciliwung indah ini tidak hanya dilakukan dengan proyek relokasi warga di pemukiman kumuh tetapi juga penyadaran bagi semua pihak yang memberi andil bagi kekumuhan Ciliwung. Misalnya pabrik-pabrik yang membuang limbah industrinya secara langsung ke Ciliwung tanpa proses pengolahan limbah terlebih dahulu. Selain itu juga pemerintah memberi imbauan kepada masyarakat untuk tidak membuang limbah rumah tangga di sungai Ciliwung. Apabila semua pihak mendukung proyek ini makan bukan tidak mungkin Ciliwung akan berubah layaknya Venezia di Italia yang sangat tersohor itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar